Idul Fitri di Jakarta ala Anak Rantau, Bagaimana?

Idul Fitri di Jakarta, Hari raya idul fitri 1436 H tahun 2015 jatuh pada bulan Juli, lebih tepatnya pada hari Jumat, 17 Juli 2015. Sebuah hari kemenangan ini menjadi tanda berakhirnya bulan ramadhan setelah 1 bulan berpuasa. Semua orang menyambut gembira datangnya hari yang sangat dinantikan selama 1 tahun lamanya. Sebuah tradisi kumpul keluarga, silaturahmi dan mudik mewarnai datangnya hari lebaran.

Namun, bagi anak perantauan seperti saya, lebaran 1436 H merupakan sebuah dokumentasi tersendiri, karena tahun ini saya jauh dari keluarga, belum bisa mudik atau pulang ke kampung halaman karena sedang kerja (setelah lulus kuliah) dan melanglang buana di bumi belahan lain yang terkenal dengan kerasnya ibukota yaitu samudra luas yang bernama JAKARTA.

Idul Fitri di Jakarta

Ibuku mungkin bukan artis drama yang bagus soal ini, tidak bisa mendayu-dayu menangis dan tersedu-sedu ketika anaknya yang paling tampan ini ga bisa pulang.:P Ibuku justru terkesan cuek, datar dan standard. Saat aku pamit untuk tidak bisa pulang ketika hari raya beliau menjawab ” Yawes le sing penting sehat” nasehat itu yang selalu aku dapatkan.

Ketika saya minta bahal sungkem nyuwun pangapunten. Ibu juga menjawab, ” Wes semono ugo yen buk e enek salah yow le, wes mugo-mugo entuk rejeki khalal tur khatah, ning ndi wae ki sing penting sehat.” Tapi saya tetap bersyukur masih dapat kesempatan untuk bisa sungkem memohon maaf kepada Ibu walau hanya lewat suara. Karena saya percaya, banyak orang di luar sana yang mungkin tak punya kesempatan untuk meminta maaf dan minta bahal kepada orang tuanya karena memang sudah tidak ada kesempatan….Bersyukurlah!. Karena saya juga sedang berjuang demi membuat Ibu dan keluarga bahagia. Saya memohon maaf dan meminta doa kepada Ibu bila belum bisa membuat Ibu berbahagia, anaknya masih kerja keras untuk berusaha mewujudkan mimpi-mimpi yang tertunda. 🙂

Kemudian, saya mendapatkan pertanyaan dari banyak teman. Bagaimana sih rasanya lebaran di Jakarta?

  • Sepi

Jalanan Jakarta serta suasana idul fitri di Jakarta terasa begitu hening dan sepi. Tak seperti biasanya tidak ada macet atau antrian di kendaraan umum. Sepi, hening dan sunyi seperti hati jomblo yang ditinggal pasangannya mudik ke hati orang lain. #halah

  • Susah Cari Warteg

Warteg adalah hal vital bagi anak rantau, namun saat hari idul fitri tiba entahlah rasanya semua warteg di Jakarta (Cipete dan sekitarmya) seakan kompak untuk bersama-sama menutup pintu hatinya eh pintu warungnya maksudnya 😀

Postingan ini menjadi dokumentasi idul fitri di Jakarta. Agar suatu saat nanti menjadi catatan sejarah dan bisa dibuat bahan cerita untukk anak cucu. Bahwa dulu kakekmu ini pernah merantau di Jakarta lebaran ga bisa pulang demi keluarga…..kakekmu bukan seorang pelaut tapi kakekmu anak rantau yang sedang mengarungi arusnya samudra luas yang bernama Jakarta. Karena terngiang wasiat KH. Zainuddin MZ yang berpesan “Mau sukses harus berani susah”. Ada sebuah cerita menarik dan unik dari KH. Zainuddin MZ. Begini ceritanya…

Santri Bengkak

Ceritanya ada santri beternak lebah, mau mengambil madu. Suatu hari dia mau periksa sarang lebah naik ke atas pohon pakai tangga. Namanya santri, pakai sarung, dia lupa ga pakai celana dalam. Naik pohon dia periksa sarang lebah, entah bagaimana terpegang sarang lebah tersebut. Berhamburan lebah keluar, salah satu lebah masuk ke sarungnya, tergigitlah si otong. Dia menjerit kesakitan, jatuh berguling ke bawah. Sesudah jatuh, dia buka sarungnya dia lihat ternyata si otong bengkak. Karena bengkak kan jadi besar eh seneng juga dia…kemudian si santri berdoa : ” Ya Allah, hilangkan sakitnya biarlah bengkaknya”. Tamat. *ngakak guling-guling pakai sarung* hahaha

Cerita pendek tapi pesannya dalam. Mau bengkak ya harus berani sakit…Masak bengkaknya mau sakitnya ga mau….

Itu sedikit cerita lucu sekedar bercanda ya. Oiya, masih dalam suasana lebaran, dengan tunduk tafakur serta andhap ashor saya pribadi ingin menyampaikan rasa tulus ikhlas untuk memohon maaf kepada pembaca setia blog #MdarulMdotNet apabila ada typo, tanda baca yang kurang pas, kata yang tidak tepat serta candaan yang berlebihan hingga menyinggung serta sikap yang kurang berkenan mohon maaf lahir dan batin ya…

Minal Aidzin wal muflikhin mohon maaf lahir dan bathin. Selamat hari raya idul fitri 1436 H. Semoga kita termasuk orang-orang yang sukses dan mental gigih. Amiiin

Btw, Idul fitrimu tahun ini ada cerita apa, Cuy?

17 thoughts on “Idul Fitri di Jakarta ala Anak Rantau, Bagaimana?”

    • Hahaha iya lek. Tapi embuh ki arep ketemu dirimu ki rasane ga pasa terus ya…padahal sama-sama di Jakarta. Wes semoga bisa segera kopdar kita….. 🙂

      Reply
  1. Cah gaul Cipete juga sepi Rul saat Idul Fitri ya… Then cari makan dimana Rul…apa bikin mie instan ?

    Sukses dan maaf lahir batin ya…semoga bisa ke Jakarta lagi

    Reply
    • Halah Jakarta ki sepi tenan nek lebaran tapi familymart dan AW tetep buka. Tapi akhirnya masak mie instan sama nggoreng ndok thok Mas. Hari lebaran ke 4 baru udah ada yang mulai buka….Maaf lahir bathin ya Mas 🙂

      Reply
  2. Minal Aidzin wal Waidzin, meski telat udah gak apa2 ya…wah baca tulisan di atas bikin ngekek banget….masaak suka yang berbau bengkak keentup tawon ^_^
    Peace, betewei kalo gak ada warteg, sedia aja mi instan n telor bro …keep happy blogging 🙂

    Reply
    • Iya. Sama-sama. Sekarang wartegnya sudah mulai ada yang buka…mie instan dan telor bosen… 🙂 Maaf maaf ya kalau ada salah…Makasih telah berkunjung

      Reply

Leave a Reply to whiz Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.