Cerita dari Sastra Reboan

Sore itu postingan Ka Naz memancingku untuk berkomentar. Langsung saja berlanjut japri di WA. Pada intinya aku ngajak ketemuan, Ka Naz ga bisa, karena harus menghadiri sebuah acara. Acara itu adalah Sastra Reboan, ada pembacaan puisi dan lain sebagainya. Seperti yang aku bilang ke Kanaz, aku ga begitu tertarik dan ga begitu paham soal puisi. Tapi, karena alasan lama tak bertemu dan udah terkena hasrat ingin kopdar membuat saya datang dalam acara Sastra Reboan.

Aksara Jawa, Foto : wikimedia.org
Aksara Jawa, Foto : wikimedia.org

Sesampainya di acara Sastra Reboan, saya berusaha memahami setiap rangkaian acara, saya bilang ke Kanaz, tunggu 30 menit acara berlangsung untuk memutuskan tetap tinggal atau keluar. Para pembaca puisi bergantian maju ke depan, diantaranya ada beberapa yang menarik perhatian saya seperti tema malam itu yakni “AKSARA. Pada pembukaan tersebut dijelaskan secara singkat kenapa namanya AKSARA? Secara etimologi a- berarti “tidak” Khsara” termusnahkan.

Acara sastra reboan ini juga sudah lama ada, bahkan disebutkan beberapa orang terkenal sempat manggung di acara sastra reboan ini, diantaranya disebutkan orang-orang yang saya tahu adalah Sujiwo tejo, Riri riza dll. Mungkin tema itu diambil sebagai pesan bahwa acara sastra reboan akan tetap eksis dan tak termusnahkan….Ciye sok tahu 😀

Setelah lebih dari 1,5 jam menyaksikan beberapa penampil, dengan pertimbangan agar kami ga menganggu acara karena ngobrol sendiri kami pun memutuskan untuk keluar dan mencari tempat untuk ngobrol dan nongkrong bareng.

Dalam acara itu, saya tidak hanya bersama dengan Ka Naz tapi juga bersama Una yang tanpa sepengatahuanku dia datang juga. Wah kami bertiga bertemu, langsung saja aku nyeletuk “Seperti di Malaysia ya hanya kurang Pungky dan Mak Gaoel.” Yup. Cerita bulan juni 2015 tahun lalu, masih membekas keseruan selama 3 hari 4 malam di Malaysia. Kami bersama datang pada sebuah acara akbar blogger Malaysia, dengan sebuah nama Sepetang bersama Blogger 2015. Seperti yang sudah sempat aku posting sebelumnya : Harta karun sepetang bersama blogger

Dari mereka kami pun bertukar cerita, si Una yang suka travelling sampai lintas negara dan cerita Kanaz yang saat ini lebih seneng ngadain acara offline dari pada online.

Kabarnya, atmosfer dunia blogging di Indonesia sudah berubah. Tapi mereka sepertinya tidak banyak berubah, rasanya masih sama, seneng aja kumpul bareng mereka, iya mungkin hanya berat badan Una saja yang sedikit berubah. Piss…. Hahaha

Ya..ya..ya…Sesuatu pasti berubah, tapi dari perubahan itu semoga pertemanan kami layaknya sebuah Aksara, tidak termusnahkan. #eaaa….Karena sewu konco kurang, musuh siji kakehan.

Selepas menghadiri acara Sastra Reboan, rasa-rasanya saya mendadak ingin membuat sebuah puisi juga. Oke I will try…..

– Perubahan –

Memang mudah menghabiskan waktu bersama tapi tak mudah mendapatkan rasa yang sama…

Memang mudah menjalin hubungan asmara tapi tak mudah untuk mempertahankannya..

Memang mudah membelinya tapi tak mudah untuk merawatnya….

Memang mudah untuk berkomentar tapi tak mudah untuk melakukannya…

Memang mudah berkata kasar tapi tak mudah menghalau akibatnya….

Memang mudah nge-draft postingan tapi tak mudah untuk mempublishnya…

Memang mudah untuk bicara sayang tapi tak mudah membuktikannya…

Kamu kira mudah untuk berubah kalau kamu masih punya kebiasaan yang sama?

Kamu kira mudah membuat puisi kalau nulis begini saja perlu setengah hari?

Kamu kira mudah bilang rindu saat hati dirundung pilu?

Roti Bakar Edy Pancoran, 5 Oktober 2016

Lebih lengkap tentang Aksara bisa dilihat : https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara

1 thought on “Cerita dari Sastra Reboan”

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.